Mouse Terbaik untuk Produktivitas
Manunggaling MX Master Series — Bagian I
Halo Semuanya,
Produktivitas kerja seringkali dikaitkan dengan periferal komputer yang proper dan nyaman. Banyak brand di luar sana yang menawarkan produk-produk mulai dari mouse, keyboard deskmat/mouse pad, speaker bahkan hingga penyangga tangan untuk keyboard atau wrist rest.
Belakangan ini saya terinfluence oleh video-video YouTube tentang productivity peripherals, oleh karena itu saya memutuskan untuk upgrade (semoga tidak tergolong perilaku impulsif ya😅). Mungkin saya memulainya dari mouse dan keyboard. Kebetulan saya tertarik dengan MX Master Series, sebutan untuk seri periferal premium yang dirilis oleh Logitech dengan sasaran orang yang mengidamkan produktivitas kerja.
Setelah riset sana-sini dan mikir ribuan kali supaya tidak ada penyesalan, saya segera checkout mouse MX Master 3 dan keyboard MX Keys (yang memang sudah dari lama ada dalam wishlist Tokped 😅). Oh ya, sempat ada niat membeli produk dengan embel-embel gaming. Tapi setelah dipikir lagi, kan saya ingin memakainya untuk kerja, toh saya lebih menikmati jadi console gamers daripada pc gamers, setidaknya untuk saat ini.
Seumur-umur baru kali ini saya membeli mouse dan keyboard dengan harga yang jika dibelikan mouse saya sebelumnya (Logitech M170) maka akan dapat selusin. Jadi éman kalau tidak diceritakan bagaimana pengalaman menyatukan (manunggaling) MX Master 3 dan MX Keys sebagai long-term daily driver yang sesuai dengan tagline seri ini unleash your capability to create, make, and do.
Bagian pertama ini akan bercerita mengenai MX Master 3, kemudian MX Keys pada bagian selanjutnya.
Dapat apa saja selain mouse?
Well, untuk yang satu ini saya harus ngubek-ubek tumpukan kardus di atas lemari 😄. Logitech menyertakan beberapa hal dalam paket penjualannya, di antaranya adalah user manual, kabel USB-C dan satu USB Unifying Receiver yang dapat digunakan untuk seluruh periferal Logitech (maksimal 6). Sayangnya saya lupa meletakkan di mana kartu garansinya.
Dimensi dan build quality
Berdasarkan keterangan dari situs resmi Logitech, mouse ini memiliki lebar 84.3 mm, panjang 124.9 mm dan tinggi 51 mm, sementara beratnya 141 gram. Perbedaan ukurannya sangat kontras saat dijejerin dengan mouse saya sebelumnya.
Bagian atasnya dilapisi rubber dengan pattern garis-garis yang sedikit menonjol untuk menjaga grip walaupun tangan sedang berkeringat. Awalnya saya mengira bagian bawahnya (body shell) terbuat dari alumunium, tapi setelah diperhatikan dengan cermat ternyata adalah brushed-aluminum polycarbonate. Secara umum build quality-nya sangat solid, jauh banget dari beberapa mouse yang pernah saya pakai. Meski begitu, perlu waktu untuk penyesuaian karena karena ukurannya relatif besar dan berat.
Tombolisasi
MX Master 3 punya beberapa tombol tambahan selain klik kiri-kanan, tombol-tombol tersebut adalah back-forward, gesture button yang sekaligus sebagai thumb rest, scroll wheel button dan shift button untuk mengganti mode scroll wheel.
Sedangkan di bagian bawah terdapat switch on-off dan tombol untuk ganti device (maksimal tiga).
Pilihan menggunakan port USB-C adalah langkah yang tepat dari Logitech mengingat banyak perangkat sekarang yang sudah mengadopsi jenis port tersebut.
Bisa digunakan pada pelbagai permukaan
Tingkat sensitivitas MX Master 3 tergolong B aja yakni 200–4000 dpi, jelas kalah dari mouse gaming yang bisa sampai belasan bahkan puluhan ribu dpi. Bisa saja sih, ngegame kasual dengan nyolok kabel untuk menambah respon mouse ketimbang hanya pakai bluetooth, tapi kembali lagi ke shapenya yang (menurut saya) tidak maksimal jika dipakai bermain game dalam waktu lama. Namun bagi saya itu sudah lebih dari cukup untuk penggunaan sehari-hari, lagipula kalau ngegame saya pribadi prefer menggunakan controller.
Dari segi sensor yang dimiliki, mouse ini juga berbeda dari kebanyakan yang memakai optical. MX Master 3 dilengkapi teknologi sensor laser Darkfield yang membuatnya kuy aja dipakai pada hampir semua permukaan, mau itu kayu, kain, bahkan kaca sekalipun. Jujurly saya belum pernah mencobanya selain di atas mousepad, belum rela kalau harus melihatnya baret-baret, yo éman rek.
Ergonomi
Mostly pekerjaan saya di depan komputer selama berjam-jam, maka dari itu kenyamanan penggunaan sebuah periferal secara long term adalah sebuah prioritas. MX Master 3 punya bentuk yang gemuk, tinggi dan cenderung miring ke kanan, membuat tidak cepat lelah karena telapak tangan saya bisa memeluknya dengan posisi alami. Jadi, tidak ada kendala bagi pemilik tangan yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil serta gaya palm grip seperti saya.
Placement dan size tombol-tombol yang pas ditambah adanya thumb rest dari karet empuk membuat mouse ini punya ergonomi yang mantap. Jari saya tidak butuh effort lebih demi menjangkau tombol back-forward yang terletak di bawah thumb wheel.
Baterai yang super awet
Sepanjang pemakaian kurang lebih tujuh bulanan ini, saya sudah ngecas sebanyak tiga kali atau bisa dibilang setiap dua bulan sekali. FYI, average penggunaan harian saya bisa lebih dari 8 jam. Sesuai lah dengan klaim Logitech yang mengatakan daya tahan baterainya up to 70 hari. Hebatnya mouse ini bisa digunakan selama tiga jam hanya dari satu menit charging dengan fitur USB-C Quick Charging. Jadi, orang yang mager gonta-ganti baterai seperti saya diuntungkan oleh built-in rechargeable battery.
Bukan sembarang scroll wheel
Scroll wheel MX Master 3 ini merupakan part yang paling membuat saya amaze. Materialnya dari bahan metal bergerigi agar menghindari slip ketika digunakan. Memang tidak nge-grip layaknya rubber, tapi menurut saya ini sangat tepat karena debu cenderung mudah menempel pada rubber dan seiring waktu material jenis ini akan terkikis.
Dibalik material metal scroll wheelnya, Logitech membenamkan MagSpeed, penjelasan teknisnya panjang tapi intinya teknologi ini adalah scrolling elektromagnetik alih-alih mekanis seperti mouse pada umumnya. Sehingga terdapat dua mode scrolling yaitu ratchet mode dan free spin yang dapat diganti dengan menekan shift button.
Ratchet mode tidak ubahnya seperti pengalaman scrolling mouse pada umumnya, tapi gara-gara MagSpeed, putaran scrollnya jadi agak berat, lebih presisi karena kita akan mendapat feedback sebuah getaran kecil tiap pergantian line. Sulit dijelaskan kalau tidak mencoba sendiri, tapi rasa satisfyingnya mirip dengan merasakan haptic feedback pada iPhone.
Feel berbeda 180 derajat saat switch ke free spin, scroll wheel jadi sangat ringan, sensitif, sunyi dan los dol tanpa feedback. Personally saya jarang memakai mode ini. Mungkin beda lagi kalau kerjaan saya sering berurusan dengan dokumen Word, pdf atau Excel berlembar-lembar, karena klaim Logitech bahwa free spin mode mampu menyusuri 1000 line dalam satu detik. Kenyataannya mode ini memang nyaman sekali untuk multipage scrolling.
Dukungan software yang seniat itu!
Logitech Options wajib diinstall jika kita menggunakan produk Logitech. Kita bisa melihat device apa saja yang sedang terhubung dengan komputer, memantau battery status, kustomisasi pengaturan di aplikasi tertentu, adjust pointer speed serta scroll wheel speed. Selain itu, kita akan mendapat periodically firmware update melalui software ini, makin menegaskan bahwa MX Master 3 benar-benar seri flagship karena logitech seniat itu dalam software maintenance.
Lalu ada satu fitur unik lainnya yaitu Logitech Flow untuk synchronizing MX Master 3 ke banyak device. Pada video di bawah, saya mencoba copy-paste script Google Earth Engine (GEE) dari satu komputer Windows ke MacBook. Hasilnya tanpa celah, bahkan pada device yang memiliki Operating System (OS) yang berbeda (Windows 11 dan MacOS Monterey), namun dengan catatan kedua device harus terhubung dalam satu jaringan Wi-Fi yang sama. Fitur ini akan sangat membantu bagi orang yang bekerja menggunakan beberapa device secara bersamaan.
Fungsi dari setiap tombol pada mouse ini juga dapat di kustomisasi lewat Logitech Options. Additional button seperti back-forward, gesture button bahkan thumb wheel bisa memiliki fungsi yang berbeda di setiap aplikasi, seperti browser, Word, Excel, Photoshop, QGIS dsb. Ini membantu meningkatkan efisiensi kerja misalnya back atau forward dalam browser dapat dilakukan hanya dengan menekan tombol di mouse saja tanpa harus effort menggerakkan kursor. Selain itu, thumb wheel bisa digunakan sebagai shortcut zoom in/out pada Photoshop.
Video di bawah adalah penggunaan gesture button supaya memunculkan Mission Control di MacOS atau Task View kalau OSnya Windows.
Kesimpulan
Terhitung sudah tujuh bulan jadi daily driver, MX Master 3 memberikan saya pengalaman yang berbeda, unik dan endingnya meningkatkan workflow serta produktivitas kerja saya. Tidak semata-mata karena build quality, desain, ergonomi atau scroll wheel canggihnya, tapi juga berkat kustomisasi tanpa batas melalui Logitech Options. Hardware dan software berkualitas yang manunggal adalah jawaban tidak mengecewakan dari Logitech atas hadirnya mouse 1,2 jutaan ini.
Sayangnya tidak ada sesuatu yang sempurna, menurut saya mouse ini tidak cocok bagi k̶a̶u̶m̶ ̶m̶e̶n̶d̶a̶n̶g̶ ̶m̶e̶n̶d̶i̶n̶g̶ pemilik tangan yang kecil. Alternatifnya adalah MX Anywhere 3 dengan ukuran lebih ringkas namun tidak mengurangi kualitasnya meski harus memangkas beberapa fitur, sedangkan para pc gamers bisa melirik Logitech G Series.
Link Pembelian : Logitech Store (Tokopedia)
Kelebihan
- Ergonomi mantab
- Bisa dipakai pada berbagai permukaan
- Scroll wheel presisi
- Build quality mantab
- Dukungan software dan kustomisasi tanpa batas dengan Logitech Options
- Build-in battery yang awet
- Wireless, menghindari kabel berseliweran di meja kerja
Kekurangan
- (Tentu saja) Mahal
- Overal size relatif besar
- Lumayan berat bagi yang belum terbiasa
- LED indicator kurang informatif, tidak menunjukkan informasi apapun seperti baterai tersisa dsb.
- Material tombol back-forward masih tampak murahan
- DPI terbatas, tidak cocok untuk ngegame
Referensi :