#30DayMapChallenge 2022: an Epitome [Final Part]
Acknowledge and Embrace the Ignorance
*This is the final part of my #30DayMapChallenge 2022 highlights, you can see the previous part here.
*Ini adalah bagian akhir dari highlights #30DayMapChallenge 2022 saya, and dapat melihat bagian sebelumnya di sini.
The #30DayMapChallenge brought me to a higher sense of awareness, taught me a lot of new lessons, some of which I’ve experienced but perhaps not fully realized yet. Because these things were too familiar to me during the process of consistently encouraging myself to make a map for a month. So, I had to be attuned to my surroundings and realized that knowledge is about understanding limits and recognizing that there is still much to learn.
#30DayMapChallenge membawa saya kepada kepekaan, memberi saya banyak pelajaran baru, beberapa sudah saya alami, jadi tidak benar-benar baru. Hanya saja sebelumnya mungkin saya tidak menyadarinya, karena hal-hal tersebut sudah terlalu biasa saya alami selama proses encourage diri untuk konsisten membuat peta selama sebulan. Maka saya harus peka, yang saya rasakan adalah pengetahuan; tahu batas dan tahu bahwa diri ini masih banyak tidak tahu.
Knowing my limits, I sometimes skip or combine content from two days instead of creating new content every day. Forcing oneself to complete such a challenge can impede the main work that is a priority, which is not wise.
Tahu batas, alih-alih membuat konten baru setiap hari, ada kalanya saya skip atau membuat konten gabungan dari dua hari. Memaksakan diri menyelesaikan challenge seperti ini sehingga menghambat pekerjaan utama atau prioritas utama tentu kurang bijak.
The #30DayMapChallenge has made me aware of the many talented creators who make amazing and mind-blowing maps and the variety of tools I previously didn’t realize. Through this challenge, I realized that understanding and acknowledging one’s own ignorance is an important fundamental aspect, opening up the possibility to learn, not just by looking inside but also outside.
Saya notice banyak kreator berbakat yang membuat peta-peta keren dan mind blowing serta berbagai tools yang baru saya sadari utility-nya. Dari sini saya sadar bahwa mengetahui dan menyadari ketidaktahuan adalah hal fundamental yang penting, membuka kemungkinan untuk belajar, tidak hanya melihat ke dalam tapi juga keluar.
Day 21 & 22 — Data: Kontur Population Dataset & NULL
Back with combined two-days content. Population data but in reverse, focusing on areas without inhabitants on the island of Java. Interestingly, even though the province of East Java has the second-highest population in Indonesia, eight out of the ten largest uninhabited areas are found in this province.
Kembali menggabungkan challenge dua hari menjadi satu. Topiknya demografi, data populasi penduduk tapi yang ini terbalik, jadilah wilayah-wilayah tanpa penduduk di Pulau Jawa. Anehnya, walaupun jumlah penduduk Provinsi Jawa Timur terbanyak ke-2 di Indonesia, tapi delapan dari 10 area terluas tanpa penduduk ada di provinsi ini.
Even though I’m sure there is still some distortion in this data, it is clear from this that the most extensive uninhabited area on the island of Java is found in the Baluran National Park and even extends to Mount Ijen in East Java.
Meskipun saya yakin masih ada distorsi pada data ini, tapi dari sini kita bisa lihat bahwa area tanpa penduduk terluas di Pulau Jawa ada di Taman Nasional Baluran, bahkan sampai Gunung Ijen di Jawa Timur.
Tools:
1. Figma
2. QGIS
Source :
1. https://lnkd.in/gQwnvvVy
2. Kontur Population Dataset : https://lnkd.in/gCR9eMSX
Day 23 — Movement
In recent years, I have used the train as a mode of transportation quite often, especially on the Surabaya-Bandung route. Coincidentally, I took the Mutiara Selatan train on this route a few days ago.
Selama beberapa tahun terakhir rasanya saya lumayan sering meggunakan moda transportasi kereta api, terutama rute perjalanan Surabaya-Bandung. Kebetulan beberapa hari sebelumnya saya naik kereta api Mutiara Selatan melewati rute ini.
The content I created today was inspired by the map showing the train stops of the Mutiara Selatan along the Surabaya-Bandung route. I found it placed on the wall between train carriages, so I decided to use it as content for today’s challenge.
Konten yang saya buat hari ini terinspirasi dari peta yang menunjukkan stasiun-stasiun pemberhentian kereta api Mutiara Selatan sepanjang rute Surabaya-Bandung. Saya menemukannya diletakkan pada dinding sambungan antar gerbong, yah sekalian saja saya jadikan konten untuk challenge hari ini.
The distance travelled is 734km, with 12 hours and 15 minutes. You’ll forget how long and tiring the journey is, especially when passing through the beauty of the Priangan nature along Ciamis to Rancaekek, as long as it is not at night.
Jarak tempuhnya cukup panjang, 734km dengan durasi 12 jam 15 menit. Kalian akan lupa lama dan lelahnya perjalanan apalagi saat melewati kecantikan alam Bumi Priangan sepanjang Ciamis sampai Rancaekek, asalkan tidak pada waktu malam hari.
Unfortunately, during yesterday’s journey, I lost the new earphones I had just bought 🥲.
Sedihnya dalam perjalan kemarin saya kehilangan earphone, padahal baru saja saya beli 🥲.
Tools:
1. Figma
2. QGIS
Source :
1. Train stations POI : Google Maps
2. Railroads : Ina-Geoportal
3. Mutiara Selatan Train
Day 24 — Fantasy
Let’s go back to the past, as someone interested in history, this is one of my favorite themes. I like to imagine and speculate about various possibilities. What if Indonesia had never been colonized? Would the monarchy system in each region still exist today so that there would never be a name Indonesia? What if to this day Indonesia is still called East Indies? Or what if the repatriation of people of Dutch descent in the 1950s had never happened? It’s possible that we would easily find a ‘bule’ face everywhere.
Mari kita kembali ke masa lalu, sebagai orang yang punya interest terhadap sejarah, ini adalah salah satu tema favorit saya. Saya suka membayangkan dan berandai-andai tentang berbagai kemungkinan. Bagaimana seandainya Indonesia tidak pernah dijajah, apakah sistem monarki di setiap daerah masih bertahan sampai sekarang sehingga tidak pernah ada nama Indonesia? Bagaimana jika sampai sekarang Indonesia masih bernama Hindia Timur? Atau bagaimana jika repatriasi orang-orang keturunan Belanda tahun 1950an tidak pernah terjadi? Bisa jadi kita dengan mudah menemukan tampang-tampang bule dimana-mana.
Today’s map is an imagination of what it would be like if the Karesidenan system, which was created during the Dutch East Indies era in the 1800s, was still in place. The Karesidenan system, led by a resident, was later replaced with the province system with districts/cities within them.
Peta hari ini adalah sebuah perandaian bagaimana jika sistem Karesidenan yang dibuat saat Indonesia masih bernama Hindia Timur pada tahun 1800an. Karesidenan yang dikepalai oleh residen kemudian diganti dengan sistem provinsi dengan kabupaten/kota di dalamnya.
This is my first time using the ArcGIS Online platform to create an interactive map. I want to give a shout-out to John Nelson for his retro-style map tutorial and my colleague Bella Ayu Permata for providing access to the ArcGIS Dashboard.
By the way, ini adalah kali pertama saya mengelaborasi platform ArcGIS Online untuk membuat peta interaktif. Shout out untuk John Nelson atas tutorial peta retro-stylenya dan terima kasih rekan saya Bella Ayu Permata atas aksesnya ke dalam ArcGIS Dashboard.
Tools:
1. Figma
2. QGIS
Source:
1. https://lnkd.in/gmfFi-U6
2. Administrative Boundaries: Ina Geoportal
Day 25 — Colour Friday: 2 colours
The Bengawan Solo River is the longest river on Java Island, flowing through the provinces of Central Java and East Java for a distance of 548.53km. Its upstream is located at the Gajah Mungkur Reservoir in Wonogiri and its mouth is located in Gresik facing the Java Sea. Oh yeah, I remember during my college days, I was a part of a research project on the mangroves at the mouth of the Bengawan Solo River in Ujungpakah, Gresik around 2017.
Bengawan Solo adalah sungai terpanjang di Pulau Jawa, mengaliri Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur sepanjang 548.53km. Memiliki hulu di Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri dan Hilir di Gresik yang menghadap ke Laut Jawa. Oh ya, saya jadi ingat dulu ketika kuliah pernah ada project riset tentang mangrove muara Bengawan Solo di Kecamatan Ujungpakah, Gresik sekitar tahun 2017.
Nonetheless, Bengawan Solo is not just a river but also a source of life and a blessing to the ecosystem surrounding it, from upstream to downstream. This also includes the inhabitants living within a radius of 1km from the river, which is the theme of my map today.
Bagaimanapun juga, Bengawan Solo bukan sekadar sungai, tapi juga sumber kehidupan dan penghidupan kepada ekosistem sekitarnya dari hulu ke hilir. Termasuk bagi penduduk yang tinggal dalam radius 1km dari sungai yang jadi tema peta saya hari ini.
Tools:
1. Figma
2. QGIS
Sources:
1. Kontur Population Dataset : https://lnkd.in/gCR9eMSX
2. River (waterways): OpenStreetMap
3. Wikipedia: https://lnkd.in/g6jSxdV7
Day 26 — Island(s)
Ternate and Tidore are neighbouring stratovolcanoes islands located in North Maluku province. Furthermore, there’s a small island named Maitara situated between them. The beauty of these three islands is captured in the 2000 series 1000 rupiah banknote.
Ternate dan Tidore adalah dua pulau stratovolcano letaknya berdekatan dan termasuk ke dalam wilayah Provinsi Maluku Utara. Selain itu, di antara keduanya terdapat pulau kecil bernama Maitara. Keindahan tiga pulau ini diabadikan dalam uang pecahan 1000 rupiah keluaran tahun 2000.
I’m once again exploring a completely new software, Aerialod, to create 3D visualization in today’s challenge. It is more user-friendly for beginners as the user interface is quite simple compared to Blender. Aerialod is also portable, so there’s no need to go through the hassle of installing it on your computer. Additionally, its size is also lightweight, less than 10 MB.
Saya kembali mengeksplorasi software yang sama sekali baru yaitu Aerialod untuk membuat visualisasi 3D pada challenge hari ini. Menurut saya ini lebih ramah untuk pemula karena user interfacenya cukup sederhana jika dibandingkan dengan Blender. Aerialod juga portabel, jadi tidak perlu repot install ke komputer kalian. Selain itu, ukurannya juga ringan, tidak sampai 10MB.
Source:
1. Elevation: DEMNAS
Aerialod download page: https://lnkd.in/gQSsRCZF
Day 27 — Music
Today’s content is based on my observations regarding offline music events thriving in Indonesia this year as COVID-19 cases have decreased. Is this brief analysis enough to confirm it?
Konten hari ini datang dari pengamatan saya mengenai event musik offline yang tahun ini kembali bergairah di Indonesia seiring dengan penurunan angka COVID-19. Apakah analisis singkat ini menurut kalian sudah cukup untuk mengonfirmasinya?
I had many responsibilities to take care of in the last week of November, which resulted in me having to postpone working on this challenge for a few days, including the day with the music theme.
Banyak tanggung jawab di minggu terakhir Bulan November kemarin harus saya kerjakan, efeknya adalah musti menunda mengerjakan challenge untuk beberapa hari, termasuk hari dengan tema musik ini.
Day 28–3D
Checking out population density data in 3D is pretty cool, just like Digital Elevation Model (DEM) data. I used Aerialod to make all these maps. You can see that Java island is pretty built-up, with barely any flat areas. It looks like every corner of the island is packed with people.
Data people density ternyata tidak kalah menarik jika dilihat dalam perspektif 3D dibandingkan dengan data Digital Elevation Model (DEM). Semua peta ini diolah menggunakan Aerialod. Bisa kalian lihat Pulau Jawa paling sedikit memiliki bagian flat, tandanya hampir setiap sudut pulau ini sudah berpenghuni.
Tools:
1. Figma
2. Canva
Source:
1. https://lnkd.in/gXkVJr5Q
Day 29 — Out of My Comfort Zone
With its wealth of tradition, culture, and history, Indonesia has many palaces as the center of government for kingdoms and/or sultanates in the past. I have chosen only 10 palaces from the many, and I could add palaces outside this list at another time.
Indonesia dengan kekayaan tradisi, budaya dan sejarahnya memiliki banyak istana sebagai pusat pemerintahan kerajaan dan/atau kesultanan di masa lalu. Saya pilih hanya 10 istana dari sekian banyak, mungkin saya bisa menambahkan istana-istana yang belum ada dalam daftar ini di lain waktu.
Honestly, this is the first time I’ve tried the MAPID Play, although I’ve used GEO MAPID frequently. Today’s work was quite tiring because the process required me to find the location of the palaces and then convert them to geospatial data, not to mention creating descriptions of each palace. You can also use it to tell stories through geospatial data for free!
Sejujurnya ini kali pertama saya mencoba fitur MAPID Play walapun saya sudah sering menggunakan GEO MAPID. Pengerjaan tema hari ini lumayan melelahkan, karena prosesnya mengharuskan saya untuk mencari lokasi istana lalu mengubahnya ke data geospasial, belum lagi membuat deskripsi dari masing-masing istana. Oh ya, kalian juga bisa menggunakannya untuk bercerita melalui data geospasial, gratis!
Source :
1. https://lnkd.in/g8dTgSpG
Day 30 — Remix
As a conclusion for this year’s challenge, I tried my best to be on time but ended up having to push it back one day late. November is a busy and heavy month. Nonetheless, I am glad to be able to participate in the #30DayMapChallenge again, even though I couldn’t execute all the daily themes.
Penutup untuk challenge tahun ini, saya sudah berusaha keras untuk tepat waktu tapi akhirnya harus mundur satu hari. November memang adalah bulan sibuk dan sangat berat. Bagaimanapun juga, saya senang dapat kembali terlibat dalam #30DayMapChallenge lagi, meskipun belum bisa mengeksekusi semua challenge harian.
This map combines several days, such as day 14 and 15 with bivariate choropleth, day 6 and 23 because I think they’re still related to network and movement, as well as day 26 which is island or archipelago.
Peta ini menggabungkan lebih dari satu hari menjadi satu, contohnya hari ke-14 dan ke-15 dengan bivariate choropleth, hari ke-6 dan ke-23 karena saya pikir keduanya masih memiliki hubungan dengan network serta movement. Seperti halnya hari ke-26 yaitu pulau atau kepulauan.
Tools:
1. Figma
2. Canva
Sources :
1. Ports : OpenStreetMap
2. Islands: https://lnkd.in/ggkikXuU
3. https://lnkd.in/g3dcR6mE
Alright, that concludes my highlights for this year. Looking forward to participating in more challenges in the future. See you!
